Kurikulum Merdeka

(0 pemilihan)

Kisah Rika dan Benang Pilihan

Kisah Rika dan Benang

Nurlita Anggreini kelas 8B

Miauww......
Miauww......
Setiap hari saat bangun tidur itulah suara yang pertama kali aku dengar. Aku adalah seorang
anak laki-laki yang baru berumur 8 tahun. Ibuku memberiku nama Annita Rika. Nah, kalau suara
miauww adalah suara kucing kesayanganku. Aku memberinya nama Poki. Poki adalah teman terbaik
yang pernah ku kenal. Poki selalu bisa menghiburku saat aku sedang sedih.
Aku dan Poki sangat suka bermain-main dengan benang. Biasanya aku akan melempar kan
segulung benang dan Poki akan berlari untuk menangkap benang itu.
Kisahku dengan benang sangatlah panjang. Dulu, aku senang membantu ibuku untuk
menjahit pesanan dari banyak orang khususnya tetangga dekatku. Aku dan ibuku sering dimintai
tolong untuk membuatkan baju saat menjelang hari raya. Maka dari itu aku dan benang sangat
bersahabat dari dulu. Biasanya orang-orang memesan untuk dibuatkan baju couple sekeluarga. Tapi
ada juga yang meminta untuk dibuatkan berbagai baju yang variatif untuk keluarganya.
Namun, hal yang paling membuatku senang adalah karena aku yang menggambar desain
untuk para pemesan. Biasanya setelah pulang sekolah atau saat istirahat disekolah aku menggambar
berbagai macam desain baju. Mulai dari baju koko untuk para ayah sampai baju gamis untukpara ibu
dan juga anak perempuannya. Jika sudah jadi, biasanya aku perlihhatkan kepada guruku dan ibuku
untuk meminta nilai. Namun, nilai itu tentunya tidak akan memengaruhi nilaaiku di kelas. Jika guru
dan ibuku sudah bilang bagus maka gambar itu aku pajang di jendela tempat ibuku menerima
pesanan.
Tak jarang juga sich aku mendapat pujian dari pelanggan ibuku.
Bu Nana : “ Wah.... bagus banget sich desain ini. Siapa yang menggambarnya sich mbak Nur?”.
Begitulah tanya Bu Nana salah satu pelanggan ibuku saat pertama mencoba jasa jahit
menjahit di tempat ibuku.
Setelah melihat beberapa karyaku yang ada di jendela, Bu Nana mulai sering memesan baju
di tempat ibuku. Tidak hanya itu, Bu Nana juga mendemokan karyaku pada teman-teman arisan dan
juga teman-teman suaminya. Alhasil tempatku memajang gambar desain yang mulanya sebenarnya
hanya sebuah ruang tamu yang ayahku modifikasi menjadi tempat ibu bisa menjahit banyak baju,
sekarang tidak hanya tetangga dan teman-teman ibuku yang tau. Sekarang tempatku dan ibu
berkreasi bisa dilihat di akun facebook dan instagram milik Bu Nana. Sejak saat itu, rumahku selalu
ramai dengan para pelanggan setiap harinya walaupun belum menjelang hari raya. Kadang-kadang
aku juga dimintai tolong oleh kakak-kakak yang hendak menikah untuk merancang desain baju
dengan seleranya masing-masing.
Kak Tiara : “ Dek kamu yang namanya Rika kan?”. Tanya Kak Tiara yang sebelumnya tidak ku kenal
Aku : “ Iya kak aku Rika anaknya Bu Nur. Memangnya ada apa ya kak?”. Tanyaku karena waktu
itu aku belum tahu maksud Kak Tiara.
Kak Tiara : “ Dek, kakak minta tolong untuk digambarkan desain gaun pernikahan untuk kakak ya
dek”. Pinta Kak Tiara padaku.
Aku : “ Baik kak aku akan usahakan. Tapi model seperti apa yang kakak mau?

Setelah itu, Kak Tiara menceritakan model dan pola-pola yang ia inginkan. Lalu aku pun mulai
menarik-narik garis dengan pensil isi kesayanganku untuk menggambar gaun yang diinginkan Kak
Tiara. Hmmm tak butuh waktu lama untukku mendesain. Kurang dari setengah jam aku sudah bisa
menyelesaikan desain gaun untuk Kak Tiara. Seperti biasa, sebelum desain buatanku dinahit aku
harus meminta pendapat dari ibuku dan tentunya pendapat Kak Tiara. Sebenarnya Kak Tiara adalah
orang pertama yang memintaku untuk digambarkan desain gaun pernikahan. Awalnya aku memang
agak canggung saat menerima pesanan gaun pernikahan dari Kak Tiara, tapi aku sangat hobi dalam
menggambar dan aku anggap saja itu sebagai tantangan untuk mengasah kemampuanku. Ruparupanya hasilnya pun cukup memuaskan bahkan Kak Tiara sangat menyukai gambar gaunku karena
sangat sesuai dengan instruksi yang ia berikan.
Sejak saat itu, pesanan desain gambar gaunku bertambah berkat jasa Kak Tiara. Seperti Bu
Nana, Kak Tiara mengapload karyaku ke akun facebooknya. Jadi, lebih banyak lagi yang mengetahui
tentang karya gambarku dan karya jahit ibuku. Mulai hari itu aku semakin bergairah untuk mengasah
gkemampuanku dalam mendesain.
Setahun kemudian, ibu sudah memiliki cukup uang untuk menyewa sebuah ruko yang
tempatnya strategis. Ruko itu juga cukup luas untuk memajang hasil jahitan ibuku. Mulai hari itu
semuanya berubah, dari yang asalnya hanya ruang tamu yang dimodifikasi sekarang telag berubah
menjadi sebuah butik yang sangat cantik.
Tapi aku rasa ada yang kurang dari diriku. Aku memang pandai mendesain tapi aku belum
pernah menjahit baju sendiri secara keseluruhan. Biasanya aku hanya membantu ibu untuk
memasang kancing atau manik-manik yang lain. Dan kini aku mulai merasa bosan karena hal itu, lalu
aku pun memutuskan untuk mendesain satu model baju tanpa kuperlihatkan kepada siapa pun
termasuk ibuku.
Hari itu, tepatnya jam sembilan pagi saat jam istirahat sekolah, aku memutuskan untuk
mendesain sebuah gamis yang cantik. Gamis itu aku khususkan untuk nenek dikampung. Hal itu aku
lakukan karena ayah akan mengajak kami mudik lebaran tahun ini. Hari itu sangatlah kutunggu dan
kunanti, sebab sudah tiga kali lebaran aku tidak diajak ayah untuk mudik ke rumah nenek. Rumah
nenekku ada di Kabupaten Jepara, oleh sebab itu aku akan mendesain gamis yang mengandung
unsur ukirannya walaupun sedikit. Hari itu juga, sepulang sekolah aku langsung memecahkan
celenganku yang bentuknya seperti buah anggur yang besar.
“ Wahhh... banyak sekali ternyata ya celenganku. Syukurlah semoga ini cukup untuk membeli
kain dan manik-manik untuk gamis nenek ”, gumamku dalam hati setelah memecahkan celenganku.
Sore harinya aku pergi secara diam-diam menuju pasar kain langganan ibuku. Aku sudah hafal
betul tempat itu. Bukan hanya aku yang hafal tempat itu, para penjual kain pun sudah hafal dengan
wajahku.
Aku tak ingin ibu curiga, jadi aku pun bergegas untuk memilih kain dengan bahan dan warna
yang menurutku sesuai untuk nenek. Aku memilih warna mocca karena menurutku itu adalah warna
yang sesuai untuk kulit nenekku.
Malam harinya, saat ibu sudah tertidur bersama ayah, aku mulai menjahit seperti cara ibu saat
menjahit. Ini adalah jahitan pertamaku, jadi aku harus teliti agar hasilnya pun memuaskan.
Jarum menunjukkan pukul 10.00 malam tapi aku baru menyelesaikan sebagian dari gamis yang
sudah ku desain. Yang lebih membuatku jengkel adalah karena aku kehabisan benang. Aku tahu

kalau ibu punya banyak sekali benang dengan warna yang beragam. Namun semua itu ibu simpan di
laci meja kamar ibu dan ayah.
“ Ummmm gimana yah caranya supaya aku bisa dapat benang tanpa membangunkan ibu dan
ayah “, fikirku dengan keras.
“ Aku harus menyelinap ke kamar ibu “, tegasku
Setelah menyusun strategi untuk menyelinap, aku segera menjalankan aksiku itu. Tak butuh
waktu lama untukku agar bisa mendapat benang di kamar ibu. Aku mengambil beberapa benang
dengan warna yang berbeda. Awalnya memang rencanaku itu berjalan sesuai rencana. Namun, garagara aku lupa untuk menutup pintu kamar ibu sebelum aku masuk, akhirnya Poki yang awalnya tidur
di bawah tempatku menjahit pun ikut masuk ke kamar ibu. Aku berusaha untuk mengajak Poki
segera keluar sebelum ibu dan ayah terbangun.
Tapi hal itu percuma saja, benang adalah mainan kesukaannya Poki. Oleh sebab itu Poki enggan
untuk keluar dan malah mengambil beberapa benang di laci ibu. Aku memang sering membuat
kerajinan bersama Poki menggunakan benang-benang ibu. Namun, yang aku khawatirkan adalah
kalau-kalau ibu curiga padaku karena banyak benangnya yang habis. Padahal sebelum ini aku tak
pernah mengambil benang ibu dalam jumlah yang cukup banyak dan dengan cara menyelinap.
Hmmmm seperti biasa, saat melihat gulungan-gulungan benang Poki segera memintaku untuk
melemparkannya. Tapi kali ini Poki sangat aneh, jika biasanya setelah aku melemparkan benang
untuknya ia segera berlari untuk menangkapnya, kali ini Poki hanya diam melihat benangnya.
Ternyata ia melihat mainan lamanya dibalik laci kamar ibu. Mainan itu adalah sebuah bola berwarna
hijau yang biasa dia mainkan bersama kucing milik adik sepupuku saat ia berkunjung. Saat meluhat
bola itu suara Poki sebagai layaknya kucing yang menemukan ikan asin pun ia keluarkan.
Miauww.... Miauww.....
“ Uuussssshhttt Poki diamlah nanti ibu dan ayah bisa terbangun “, kataku dengan perlahan pada
Poki.
Biasanya Poki langsung diam saat aku menyuruhnya. Tapi pada malam itu mungkin Poki sedang
merasa marah padaku karena seharian aku tidak punya waktu untuk mengajaknya bermain. Aku
mengaku bahwa belakangan ini aku memang agak mengurangi waktuku bermain dengan Poki.
Jadinya aku maklum dengan tingkahnya pada malam itu.
Setelah Poki mulai tenang, aku pun menggendong kucing perempuan dengan bulu lebat yang
sedang bernostalgia bersama bola hijaunya itu. Lalu, aku pun menutup pintu dengan perlahan agar
tidak membangunkan ayah dan ibu. Malam itu memang malam yang belum pernah aku bayangkan
sebelumnya.
Awalnya aku mengira bahwa ibu dan ayah tidak mengetahui aksiku ini. Tapi ternyata, kedua
orang tuaku saat itu sudah tahu semua rencana yang aku buat untuk nenek.
Mungkin itu juga salahku, karena ibu mengetahui rencanaku dari Pak Romli. Pak Romli adalah
nama penjual kain yang sore itu tempatnya aku datangi untuk membeli kain. Dan ternyata beberapa
saat setelah aku pulang, ibu dan ayah datang ke toko Pam Romli untuk membeli kain pesanan
pelanggan ibu. Salahku disini adalah karena aku lupa untuk memberitahu Pak Romli agar tidak
memberitahu siapapun apalagi ibu dan ayah kalau aku habis membeli kain untuk gamis spesial untuk
nenekku di Jepara.

Malam itu juga ibu dan ayah mengejutkanku dengan secara tiba-tiba, mereka memberi oplos
untuk kerja kerasku yang kutujukan untuk nenek. Ayah menasihatiku untuk beristirahat terlebih
dahulu agar aku tidak mengantuk saat sekolah.
Ibu juga ikut menasihatiku pastinya. Ibu bilang akan membantuku untuk menjahit gamis untuk
nenek asalkan aku mau tidur. Akhirnya aku pun setuju untuk menuruti nasihat kedua orang tuaku
untuk lekas tidur.
Malam itu, seperti biasa aku tidur bersama Poki di kamarku. Malam itu aku memang selalu
memikirkan nenekku. Tapi aku tak habis fikir karena pada malan itu aku bermimpi tentang nenekku.
Malam itu aku bermimpi, bahwa aku dan nenek sedang berjalan-jalan di hutan. Saat itu, aku dan
nenek bertemu dengan seekor macan tutul yang sedang mencari mangsanya. Aku langsung
ketakutan dan sembunyi dibalik nenek. Anehnya... macan tutul itu bisa bicara. Nenek pun berusaha
untuk bicara secara baik-baik dengan macan itu.
“ Wahai macan tutul, aku dan cucuku tidak ada urusan denganmu. Maka tolonglah kau jangan
memakan kami “, kata nenekku pada si macan.
“ Tapi kalian sudah membangunkanku dari tidurku yang pulas. Dan sekarang aku sudah merasa
lapar “, jawab si macam.
“ Tapi aku mohon janganlah kau memakan cucuku yang masih kecil ini. Dagingnya masih sedikit
dan tak akan membuatmu kenyang. Maka dari itu bebaskanlah dia, biarkanlah dia pergi “, pjnta
nenek pada si macan.
“ Tapi apa untungnya bagiku setelah melepaskan cucumu itu “, tanya si macan.
“ Kau boleh memakanku asalkan kau menepati janjimu untuk melepaskan cucuku “, jawab
nenek.
“ Baik, aku setuju “, yakin nenek pada si macan.
Setelah itu dalam mimpiku, nenek menyuruhku untuk pergi jauh-jauh darinya. Tapi aku tidak
tega untuk meninggalkan nenek tersayangku itu. Tapi apa boleh buat nenek terus memaksaku untuk
pergi. Akhirnya aku pun mulai berlari menjauhi tempat tadi. Tapi aku masih merasa tidak enak
hingga akhirnya kuputuskan untuk menoleh kebelakang. Saat aku melihat kearah nenek, terlihat
dengan jelas bahwa nenek akan masuk kedalam mulut si macan. Dari balik pohon tempatku
sembunyi, aku berteriak memanggil nenekku yang hampir masuk kemulut si macan.
Nenek...... nenek....., teriakku pada malam yang mencekam itu.
Teriakanku itu sampai membangunkan Poki dan kedua orang tuaku. Saat aku berteriak
memanggil-manggil nenek tiba-tiba ayah, ibu dan Poki mendekatiku dan mencoba untuk
membangunkanku. Beberapa saat kemudian, akupun terbangun dengan nafas yang tidak teratur.
Ibu langsung memberiku segelas air agar aku agak tenang. Saat ditanya ada apa denganku, aku
hanya bisa menangis dan menggelengkan kepalaku. Aku teringat oleh pesan Bu Mus, bahwa tidak
baik jika kita bermimpi buruk lalu kita ceritakan pada orang lain. Akupun memutuskan untuk tidak
mengatakan apapun pada ibu dan ayah pada malam itu. Setelah aku merasa lebih tenang ibu dan
ayah kembali tidur. Tapi aku masih was-was dan aku pun memutuskan untuk sholat tahajud agar
hatiku lebih tenang.
Keesokan harinya, saat aku sarapan bersama dengan ibu dan ayah, aku masih nampak seperti
orang yang ketakutan. Aku memakan sarapanku dengan mata yang aneh. Lalu, aku dan ayah

berangkat. Biasanya aku sekolah dengan sepedaku yang ku beri nama Zahra. Hmmmm mungkin
memang dirasa aneh kalau sepeda juga aku beri nama, tapi aku suka akan itu. Entah mengapa hari
itu aku sangat tak bergairah untuk sekolah dan memutuskan untuk membonceng di motor ayah.
Sepanjang hari disekolah, aku tidak seperti biasa. Bahkan teman-temanku pun merasa aneh dengan
sikapku hari itu. Saat ditanya aku hanya menjawab tidak apa pada semua orang. Rika yang awalnya
adalah seorang yang sangat humoris dan tak pernah nampak sedih, kala itu berubah drastis.
Seharian disekolah hari itu sangat membosankanku. Setelah bunyi lonceng pulang sekolah aku
pun bergegas untuk keluar pagar sekolah. Aku tahu bahwa ayah sudah menjemputku. Saat aku
melihat keluar gerbang, aku tidak hanya melihat ayah diatas motornya tapi juga ada ibu
dibelakangnya.
“ Ummmm ada apa ya kok ibu ikut menjemputku biasa kan jam segini ibu masih ada di butik?”,
gumamku dalam hati.
Karena sudah lelah aku tidak akan melanjutkan fikirku itu. Tapi ada yang aneh dari raut wajah
ibu dan ayah. Setelah aku sampai tepat di depan ibu dan ayah, tiba-tiba mereka meneteskan air
mata dan ibu pun memelukku.
“ Ayah ada apa dengan ibu? “, tanyaku penasaran.
“ Rika, kamu kangen sama nenek kan?” tanya ayah.
“ Sudah pasti, yah. Kan sudah tiga kali lebaran kita tidak mudik. Tapi tahun ini ayah jadi
mengajakku ke Jepara kan?”.
“ Ya sudah kalau begitu mari kita cepat pulang karena hari ini kita akan pergi ke Jepara “.
Awalnya aku tidak curiga, aku sangatlah senang bila bisa bertemu dengan nenek. Setelah aku
pulang dan langsung ganti baju. Ternyata ibu juga sudah menyiapkan baju-bajuku ke dalam tas. Tapi
aku juga teringat dengan gamis nenek. Kata ibu hari itu aku akan dibantu untuk menjahitnya. Tapi
sampai pada waktu itu gamis nenek belum selesai semua. Tapi kata ibu walaupun belum jadi, aku
harus membawanya.
Hari itu juga aku dan keluargaku beserta Poki pergi ke Jepara dengan kereta. Waktu yang
kubutuhkan untuk sampai distasiun Semarang adalah kurang lebih tujuh jam. Setelah sampai di
Semarang aku dan keluargaku pergi ke Jepara dengan menumpang sebuah mini bus sederhana.
Sepanjang perjalanan aku hanya memandangi gamis nenek yang belum siap semuanya.
Sesampainya di gang rumah nenek aku langsung berlari agar segera sampai di pintu rumah nenek.
Poki juga turut antusias karena ia akan bertemu dengan kucing milik adik sepupuku.
Namun, ada hal yang aneh setibanya aku di rumah nenek. Waktu itu jam menunjukkan pukul
19.00 semua orang pada waktu itu duduk sambil memegang buku Yaasin nya masing-masing. Tapi
yang membuatku lebih aneh adalah keranda orang mati berada di dalam rumah nenek.
“ Tante?? Ada apa ini?? Dan ini keranda untuk siapa? “, tanyaku.
“ Rika... kamu tenang dulu ya ponakan tante yang cantik “, bujuk tanteku.
“ Tapi yang ada di dalam keranda ini siapa, tante? “, tanyaku penasaran.
“ Baiklah akan tante buka isi keranda ini, tapi kamu harus janji kamu harus sabar dan tetap
tenang ya Rika!”, pinta tanteku.

Setelah itu keranda yang awalnya telah ditutup pun dibuka oleh pamanku agar aku bisa melihat
siapa atau apa yang ada didalamnya.
“ Nenek..... nenekk...nenekkk, teriakku seperti saat bermimpi yang seram tentang nenek.
Aku tidak menyangka bahwa yang ada di dalam keranda itu adalah nenekku. Seketika itu aku
langsung histeris dan tak henti menangis. Ayah dan ibu sampai kewalahan untuk menenangkanku.
Ternyata kedatanganku memang sudah ditunggu, karena ternyata sebelum pergi nenek berpesan
bahwa nenek mau bertemu denganku. Oleh karena itu, jenazah nenek belum dimakamkan.
Sekitar setengah jam setelah aku meratapi wajah nenekku, ayah, paman dan keluarga laki-lakiku
yang lain berangkat untuk memakamkan nenek. Karena waktu itu hari sudah malam, maka aku tidak
dibolehkan untuk ikut ke makam.
Keesokan harinya, aku, ayah, ibu, tante, paman, dan beberapa keluargaku yang lain mengantarku
kemakam milik nenek. Aku tak lupa untuk membawa gamis yang baru setengah jadi yang aku buat
khusus untuk nenek. Setelah membacakan do’a bersama-sama aku menunjukkan karyaku didepan
makam nenek. Serentak semua keluargaku yang hadir langsung menangis karena melihatku.
Sepulang dari makam nenek, aku putuskan untuk menyimpan gamis setengah jadi itu di lemari
nenek. Aku harap nenek bisa melihat karya yang aku khususkan untuknya.
Sungguh cepat nenekku meninggalkanku, rasa-rasanya hari itu tak bisa kulupakan. Walau kini
aku sudah berumur 14 tahun, tapi aku masih belum bisa melupakan kejadian saat usiaku 10 tahun
itu.
Tapi, aku tidak akan membiarkan keadaan itu membuatku terpuruk dan membuatku tidak
semangat untuk hidup. Justru aku membuat sebuah prinsip dari peninggalan nenekku. Aku masih
ingat semua pesan dari nenekku.
Berkat nasihat nenek, kini walau aku baru duduk dibangku SMP, aku sudah pernah mendesain
baju-baju untuk orang-orang terkenal. Salah satu pengalaman yang paling aku sukai adalah saat aku
mengajak ibu dan ayahku untuk melihat fashion show dimana semua gaun yang dipamerkan disana
adalah gaun karyaku sendiri tanpa bantuan dari orang lain termasuk ibu. Ummm tapi ternyata hari
itu sudah lama sekali. Kala itu usiaku baru 12 tahun. Namun, aku masih dapat mengenangnya
dengan baik. Kisah-kisahku dengan benang memang sangat panjang dan tak kan pernah kulupakan.
Tapi aku bukanlah anak yang cinta akan kesuksesan yang instan. Aku masih ingin berkarya dan
terus berkarya hingga aku benar-benar merasa sudah bisa membanggakan ibu dan ayah.

Jangan pernah menjadikan pengalaman buruk sebagai alasan agar kita tidak berusaha untuk
meraih impian.
Jadikanlah pengalaman itu sebagai pengajaran yang tak terlupakan sebagai motivasi hidup.

Baca 9058 kali Terakhir diubah pada Jumat, 24 April 2020 21:57
Spensama

BE BETTER

Selengkapnya di dalam kategori ini: « Move On Santri Qulhu »