Pada suatu hari, hiduplah seorang anak bernama Abdullah. Awalnya ia memang seorang
anak biasa. Sejak kecil ia sudah menjadi santri di salah satu ponpes di negerinya. Ia tinggal di
negeri utara.
Karena sudah lama sekali waktu yang dihabiskannya untuk menyantri, tentunya orangorang menganggap Abdullah adalah seseorang yang hebat dalam ilmu agama. Namun, hal itu
berlainan dengan kenyataannya. Bahkan kiai atau gurunya pun bingung akan Abdullah. Kiai
Abdullah yang paling ia cintai adalah Kiai Muhammad.
Kiai Muhammad sangatlah mengenal muridnya yang bernama Abdullah itu. Abdullah adalah
santri yang paling menurut dan yang tidak pernah melanggar apa yang gurunya perintahkan. Ia
selalu menyanggupi apa-apa yang diperintahkan oleh gurunya. Bukan hanya padaku, tapi juga
pada semua guru yang pernah mengajarinya beberapa ilmu. Begitulah kata Kiai Muhammad yang
sangat mencintai muridnya itu. Bahkan bagi Kiai Muhammad, Abdullah sudah dianggap sepeeti
anaknya sendiri.
بسم الله الرحمن الرحيم
قل ھو الله احد
الله الصمد
لم يلد ولم يو لد
ولم يکن له کفوا احد
Begitulah bacaan surah al-ikhlas yang pastinya semua orang Islam mudah untuk menghafalnya.
Bahkan banyak orang yang hanya melihat atau mendengar bacaan surat tersebut dan bisa langsung
hafal dan kenal dengan surat itu.
Tapi hal itu tidak ada pada diri Abdullah. Santri yang sudah menganjak usia remaja itu memang
sudah menyantri selama bertahun-tahun, tapi siapa sangka bahwa ia belum hafal surat al-ikhlas.
Biasanya saat Kiai Muhammad mengajar berbagai surat dalam al-qur’an dan selanjutnya akan diikuti
oleh semua santri, Abdullah bisa mengikuti pembelajaran tersebut. Ia dapat menirukan semua
bacaan yang telah dibacakan oleh Kiai Muhammad.
Namun, yang membuat semua orang termasuk Kiai Muhammad heran adalah karena jika
Abdullah diminta untuk membacakan surat al-ikhlas, Abdullah hanya hafal tidak sampai ayat
بسم الله الرحمن الرحيم , قل ھ .pertama
Begitulah bacaan surat al-ikhlas oleh Abdullah. Walaupun dia hanya bisa hafal sampai kata qulhu,
tapi ia tak pernah putus asa dalam mencoba untuk menghafal surat al-ikhlas seperti santri yang lain.
Walaupun ia mempunyai keanehan tapi bagi Kiai Muhammad, Abdullah bukan kurang tapi ia
istimewa dan spesial. Sebagai santri yang paling lama menjadi murid Kiai Muhammad, tentunya
nama Abdullah selalu selalu terucap di dalam do’a Kiai Muhammad.
Setiap hari layaknya para guru yang lainnya, Kiai Muhammad selalu mendoakan santri-santrinya
khususnya Abdullah. Kiai Muhammad sangat menyayangi Abdullah karena ia adalah santrinya yang
tidak pernah membangkang padanya.
Setiap harinya, Abdullah membantu pekerjaan gurunya tercinta. Biasanya tanpa diminta pun
Abdullah akan membantu membersihkan rumah sang guru setelah ia membersihkan kamarnya.
Biasanya ia bangun sebelum subuh untuk membersihkan kamarnya. Hal itu ia lakukan agar setelah
sholat subuh berjamaah bersama sang guru, ia bisa langsung membantu apapun yang gurunya
minta. Hal itulah yang menjadikannya istimewa di mata Kiai Muhammad. Yang menambah
keistimewaan Abdullah dimata sang guru ialah bahwa Abdullah selalu berjalan di belakang gurunya.
Abdullah tak pernah lepas dari gurunya. Kemanapun Kiai Muhammad pergi pasti ada Abdullah
dibelakangnya.
Kini Kiai Muhammad sudah mempunyai uang yang cukup untuk berangkat haji. Sebenarnya Kiai
Muhammad ingin sekali mengajak Abdullah untuk berhaji bersamanya. Haji kala itu tidaklah
menumpang sebuah pesawat yang tiketnya sangat mahal dan harus menunggu beberapa tahun
untuk mendapat giliran. Jamaah haji kala itu masih menggunakan kapal layar sebagai alat
transportasi. Waktu yang diperlukan pun mencapai lebih dari sebulan.
Hal yang dikhawatirkan Kiai Muhammad adalah jika Abdullah memaksa untuk ikut bersamanya ke
Mekkah. Bukannya Kiai Muhammad pelit pada santri kesayangannya itu tapi memang kala itu uang
Kiai Muhammad hanya cukup untuk mendaftarkan dirinya seorang. Jangankan Abdullah istri dan
anak kandungnya saja tidak beliau ajak karena uangnya hanya cukup untuk satu orang.
Maka dari itu sebelum Kiai Muhammad meninggalkan pesantren, beliau meminta Abdullah untuk
mencarikan satu mutiara dari samudera. Dan pesan Kiai Muhammad pada Abdullah adalah Abdullah
tidak boleh menemui Kiai Muhammad sebelum ia membawakan mutiara itu.
Karena sangat patut pada gurunya, tanpa berfikir panjang Abdullah langsung berlari menuju tepi
samudera. Sesampainya di tepi samudera, Abdullah pun kebingungan bagaimana caranya agar bisa
mengambil mutiara yang pastinya ada di dasar samudera. Kala itu tak ada satupun kapal maupun
perahu yang lalu lalang.
Setelah berfkir keras, Abdullah pun menemukan sebuah ide. Abdullah teringat saat ia diminta Kiai
Muhammad untuk menguras bak mandi di pesantren. Untuk mengeluarkan semua air dari bbak
Abdullah menggunakan sebuah gayung untuk mengeluarkan air yang sudah keruh dari bak hingga air
habis. Setelah itu barulah Abdullah dapat membersihkan bak tersebut.
Setelah mengingat kenangannya di pesantren, ia mondar-mandir untuk mencari gayung. Tapi
tentunya ia tidak akan menemukan sebuah gayung disana. Pada akhirnya, ia menemukan sebuah
batok kelapa yang telah terbagi menjadi dua. Abdullah menganggap itu sebagai gayung. Sedikit demi
sedikit Abdullah menguras air samudera tersebut seperti halnya ketika ia menguras bak di
pesantren.
Saking semangatnya, Abdullah berhasil membuat penghuni samudera kepanasan. Mungkin ini
tidak masuk akal tapi nyatanya Abdullah berhasil membuat air di samudera tersebut agak surut. Hal
itu tentunya membuat kehidupan bawah laut merasakan hal yang aneh. Jika biasanya ikan-ikan
selalu merasakan dinginnya air samudera, kini seluruh penghuni samudera merasa kepanasan
karena berkurangnya debit air yang melindungi mereka dari paparan sinar matahari.
Oleh sebab itu para penghuni laut memutuskan untuk menemui Abdullah. Untuk tugas itu
dipilihlah pak kura untuk menepi ke daratan dan bertanya mengapa hal ini dilakukan oleh Abdullah.
Sesampainya di tempat Abdullah, pak kura pun bertanya apa maksud dan tujuan Abdullah untuk
menguras air samudera ini. Setelah ditanya Abdullah pun menjelaskan maksud dan tujuannya yang
semata hanya untuk menuruti perintah gurunya.
“ Wahai manusia mengapa kamu menyiksa kami dengan membuang-buang air yang menjadi
perlindungan kami ?”, tanya pak kura pada Abdullah.
“ Wahai kura aku hanya ingin memenuhi perintah guruku, aku tak pernah meninggalkan
perintahnya, maka dari itu aku menguras air samudera ini sesuai perintab guruku “, jawab Abdullah
dengan semangat dan tetap menguras air samudera tersebut.
“ Memangnya apa perintah gurumu sehingga kamu sangat bersemangat untuk melakukan hal yang
belum pernah dilakukan oleh manusia yang lain?”, tanya pak kura penasaran.
“ Guruku memerintahkanku untuk mengambil mutiara di dasar samudera ini, oleh karena itu aku
terus menguras air disini. Karena kalau aku tidak berhasil mendapatkan mutiara itu, aku tidak akan
bisa bertemu dengan guruku lagi “, jawab Abdullah.
“ Baiklah kalau begitu aku akan membantumu untuk mengambil mutiara-mutiara di dasar samudera
ini. Tapi kamu harus berjanji untuk tidak melanjutkan tindakanmu ini. Karena tindakanmu ini telah
membuat teman-temanku hampir mati karena tak tahan dengan panasnya matahari “, sambung pak
kura.
“ Baiklah aku akan berhenti tapi kamu harus cepat wahai kura-kura “, jawab Abdullah.
Setelah perbincangan tersebut, pak kura pun segera mengambilkan Abdullah mutiara dari dasar
samudera. Bukan hanya satu butir mutiara, bahkan pak kura berbaik hati pada santri itu yaitu
dengan memberinya sekantung besar yang penuh dengan mutiara.
Setelah mendapatkan mutiaranya, Abdullah langsung berlari menuju ponpes. Ia merasa aneh
karena berada di tempat yang jauh dari gurunya karena selama ini Abdullah dan Kiai Muhammad
tidak pernah berpisah.
Sesampainya di ponpes, Abdullah langsung mencari gurunya. Abdullah memberi salam di depan
rumah gurunya. Setelah beberapa saat menanti dengan sabar ternyata yang keluar bukanlah Kiai
Muhammad melain istrinya. Saat melihat kehadiran Abdullah, istri Kiai Muhammad pun
kubingungan. Istri Kiai Muhammad bingung karena sebelum suaminya pergi, beliau pernah berpesan
bahwa beliau tidak mau membuat Abdullah sedih karena beliau tinggal dalam waktu yang lama dan
ketempat yang cukup jauh. Oleh karena itu Kiai Muhammad telah memberi tahu istrinya tentang
tugas yang beliau berikan pada Abdullah.
Istri Kiai Muhammad tidak menyangka bahwa Abdullah berhasil menyelesaikan tugas itu dalam
waktu yang kurang dari satu hari. Saat Abdullah bertanya tentang keberadaan sang guru, istri Kiai
Muhammad yang sudah seperti ibu bagj Abdullah tak sanggup untuk berbohong padanya. Akhirnya
istri Kiai Muhammad pun menceritakan bahwa sebenarnya tugas yang Kiai Muhammad berikan pada
Abdullah hanya siasat sang guru agar tidak membuat santrinya sedih. Istri Kiai Muhammad juga
berkata pada Abdullah bahwa gurunya sudah pergi ke pelabuhan untuk menunaikan ibadah haji.
Setelah mendengar penjelasan dari istri Kiai Muhammad, Abdullah tak berfikir panjang dan terus
berlari menuju pelabuhan. Namun sayangnya, saat ia sudah sampai di pelabuhan, ia tak menemukan
sang guru. Tapi ia melihat kapak yang besar ada di tengah lautan. Kapal itulah yang membawa Kiai
Muhammad menuju Mekkah. Karena tidak dapat menemukan gurunya, ia pun menangis sambil
berlari di atas derasnya ombak laut. Setelah beberapa saat berlari sambil menangis, akhirnya ia
menemukan kapal yang membawa gurunya. Setelah melihat Abdullah, Kiai Muhammad pun pada
akhirnya mengajak santri kesayangannya itu untuk ikut bersamanya ke Mekkah.
Orang-orang yang ada di dalam kapal itu awalnya pun kebingungan bagaimana seorang
manusia biasa bisa menampakkan kakinya di atas air dan tak tenggelam. Ternyata ada rahasia di
balik itu semua. Selama berlari di atas lautan, Abdullah selalu mengucapkan kata yang ia hafal. Tak
lain dan tak bukan yang dimaksud dengan kata yang Abdullah hafal adalah kata qulhu. Ia
mengucapkan kata itu sampai ia bertemu dengan sang guru.
Akhirnya, Kiai Muhammad dan Abdullah pun menunaikan haji bersama. Keajaiban yang terjadi
setelah itu adalah dengan kemajuan yang sangat pesat pada diri Abdullah. Disana, ia langsung bisa
mengamalkan apa-apa yang telah gurunya katakan yang mana tidak ia bisa lakukan sebelum
kejadian ini.
Berbulan-bulan guru dan santri yang sangat akrab itu meninggalkan ngerinya. Kini, mereka berdua
sudah menyelesaikan ibadah haji di Mekkah dan Madinah serta selamat sampai ke pelabuhan
tempat kapal berhenti.
Karena kemajuannya yang begitu pesat setelah menunaikan ibadah haji, Abdullah kala itu sudah
sangat pintar dan akhirnya ia dapat mendampingi gurunya untuk mengajar di ponpes. Kesabarannya
dalam belajar ilmu agama kini sudah berbuah manis.
Jangan pernah menyerah dalam hal menuntut ilmu karena sesungguhnya manusia yang mau
menuntut ilmu khususnya ilmu agama akan dimudahkan oleh Allah dan ia akan dimintakan
ampunan kepada sang kholiq oleh ikan-ikan di samudera.

 
		
		 
	      